Ananda Naufal,
Saat engkau masih sekolah di tk (taman kanak-kanak Al Kautsar), suatu ketika pernah menanyakan kepada saya, “Umi, mengapa saya bernama Muhammad Naufal?”
Saat itu dengan spontanitas saya jawab dengan mata berbinar-binar karena senang, peroleh pertanyaan yang cerdas itu.
“Nauf, anak umi dan abi yang shaleh dan pintar, ketahuilah setiap nama bagi seorang anak adalah doa dan pengharapan serta cita-cita orang tua kepada anak. Nama “Muhammad” senantiasa mengingatkanmu bahwa kita adalah umat Nabi Muhammad saw, sedang “Naufal”‘ artinya tampan dan dermawan. Jadi orang tua berpengharapan Naufal menjadi anak yang tidak hanya bagus di wajah tetapi juga bagus budi pekerti.
Gitu lho, tahu?”
“Makasih umi, jawab Naufal sambil bergegas ambil tas sekolah kemudian ‘salim’ kepada umi dan abi berlarian kecil menuju pak becak yang telah menunggu di depan rumah.
Itulah sekelumit dialog seputar mengapa dinamai Muhammad Naufal.
Nah, saat ini Naufal tengah menunggu pengumuman ujian Unas SMPN I Pasuruan. Ada rencana mau dilanjutkan ke SMA Pondok Gontor Ponorogo. Semoga. Dan untuk memanfaatkan waktu, ada baiknya pembicaraan tentang makna ‘Muhammad Naufal’ bisa dilanjut.
Sekarang sudah tahu bukan, bahwasanya sebuah nama pemberian orang tua kepada anak adalah suatu hal yang sangat berarti. Disamping sebagai identitas diri, kiranya nama juga bermakna doa dan harapan orang tua agar kelak engkau bisa tumbuh berkembang menjadi pribadi yang sesuai dengan kandungan makna dari nama yang telah disematkan pada dirimu.
Ingat senantiasa, kandungan makna nama”Muhammad” hendaklah sesuai dengan diri yang memiliki budi pekerti yang agung, sifat terpuji, kebaikan, kemuliaan, keteladanan dan kepemimpinan (leadership), sebagaimana ayat di bawah ini:
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
(QS Al Qalam (68) : 4)
Sampai disini surat umi pertama, sampai jumpa disurat-surat selanjutnya.
